Aksi unjuk rasa besar-besaran di Jakarta dan di berbagai kota, termasuk di Makassar, mengindikasikan rakyat sedang marah.
Kemarahan itu mengarah ke DPR. Dan, berimbas ke daerah. DPRD provinsi dan kota/kabupaten juga jadi sararan.
Pada Jumat (29/8/2025) malam dan Sabtu (30/8/2025) dini hari, Gedung DPRD Makassar dan Gedung DPRD Sulsel dibakar hingga ludes.
Tiga orang tewas, ketiganya pegawai kecil yang sedang menjalankan tugasnya.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, punya pandangan mengenai penyebab rakyat marah dan berunjuk rasa.
Kata Jusuf Kalla, rakyat marah karena anggota DPR bicara sembarangan, asal bicara, bahkan ada yang menghina rakyat.
“Ini semua yang menjadi penyebab daripada masalah,” kata Jusuf Kalla dalam keterangan resmi dalam sebuah video.
Jusuf Kalla minta para pejabat dan anggota DPR untuk menahan diri. Jangan asal bicara. Jangan melukai hati rakyat yang saat ini sedang hidup susah.
Berbagai permasalahan belakangan ini memang memantik ketidakpuasan banyak kalangan.
Di tengah situasi yang kurang kondusif akibat tekanan ekonomi yang semakin meningkat, sejumlah anggota DPR tidak memperlihatkan kepekaan.
Anggota DPR terekam kamera berjoget-joget di sela-sela Sidang Tahunan MPR pada 16 Agustus 2025.
Anggota DPR joget-joget, di antaranya Uya Kuya dan Eko Patrio, kontras dengan suasana kebatinan masyarakat saat ini. Banyak orang kena PHK, cari kerja susah.
Ketika itu juga muncul rumor gaji anggota DPR naik Rp 3 juta per hari. Lalu, mereka dapat tunjangan perumahan Rp 50 juta per bulan.
Lalu, pada 20 Agustus 2025, juga muncul narasi negatif dari anggota DPR yang meminta gerbong khusus perokok dari Kereta Api Indonesia.
Hal itu disampaikan anggota Komisi VI DPR RI, Nasim Khan, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Dirut PT KAI Bobby Rasyidin.
“Pak, ini ada masukan juga, gerbong yang selama ini, dulu ada, tapi setelah itu dihilangkan adalah sisakan satu gerbong untuk kafe ya kan, untuk ngopi, paling tidak di situ untuk smoking area, Pak,” kata Nasim sambil tersenyum.
Pernyataan anggota DPR itu direaksi negatif oleh publik.
Belakangan, muncul lagi pernyataan kontroversial dari anggota DPR Ahmad Sahroni.
Ia bereaksi negatif atas kritik pembubaran DPR. “Orang yang cuman mental bilang bubarin DPR, itu adalah orang tolol sedunia,” kata Sahroni di Polda Sumut, 22 Agustus 2025.
“Ini kadang-kadang ya, masyarakat boleh kritik, boleh komplain boleh caci maki, nggak papa, kita terima, tapi ada adat istiadat yang mesti sampaikan,” Sahroni.
“Kita boleh dikritik, mau bilangin ang, bi, ban**t, nggak papa, mampus-mampus nggak papa. Silakan kritik, mau ngapain juga boleh, tapi jangan mencaci maki berlebihan, itu karena merusak mental manusia, mental manusia yang begitu adalah orang tertolol sedunia, catat nih,” katanya.
Tinggalkan Balasan