Timnas U-23 Indonesia gagal memetik kemenangan perdana saat menghadapi Laos di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, ditahan imbang tanpa gol.
TIMNAS U-23 Indonesia hanya mampu bermain imbang 0-0 melawan Laos dalam laga perdana Grup J Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 digelar di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, pada 3 September 2025. Meski Garuda Muda mendominasi permainan dengan penguasaan bola mencapai sekitar 75 persen dan melepaskan 25 tembakan dan lima di antaranya tepat sasaran tim asuhan Gerald Vanenburg, gagal menjebol gawang lawan.
Secara peringkat Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA, Indonesia di peringkat 130 sedangkan Laos berada di bawahnya jauh, peringkat 185. Laos yang bermain dengan pemain muda dengan rata-rata usia 19 tahun tampil defensif dan hanya melepaskan 1 tembakan tepat sasaran hingga peluit akhir.
Hasil imbang membuat Indonesia sementara berada di posisi kedua grup, di belakang Korea Selatan yang menang 5-0 atas Makau. Indonesia memperoleh 1 poin dan Korea Selatan 3 poin. Gerald, pelatih asal Belanda yang pernah bermain di klub Ajax, memainkan Rafael Struick, wajah baru di timnas U-23, yang didominasi alumnus Piala AFF U-23 2025. Namun kehadiran Rafael yang biasa bermain di level senior, belum membawa hasil memuaskan untuk mengubah angka di papan skor.
Lini Depan Tumpul
Problem yang muncul dalam pertandingan melawan Laos, lini depan yang dipimpin Rafael dan Jens Raven tumpul. Kegagalan mencetak gol dalam pertandingan perdana itu membuat keduanya menjadi sorotan. Rafael, 22 tahun, dengan rating pemain 3.9 memiliki menit bermain 90. Dia bermain di Dewa United sebagai penyerang. Namun pemain kelahiran Leidschendam, Belanda, itu belum menunjukkan performa gemilang di laga perdana melawan Laos.
Rafael dan Jens seakan kelimpungan menerobos pertahanan belakang lawan. Laos menerapkan taktik ultra-defensif yang sering disebut “parkir bus”. Barisan ini menumpuk pemain di lini belakang. Terdapat lima bek sejajar ditambah empat gelandang bertahan.
Berkat strategi parkir bus, pertahanan tim asuhan Ha Hyeok-jun, berhasil membentengi pertahanan dari serangan pasukan Garuda Muda. Hasilnya gempuran Indonesia sering kandas sebelum memasuki zona berbahaya—benteng Laos. Ditambah kiper Laos, Kop Lokphathip terbilang piawai menggagalkan tembakan akurat dari para pemain Indonesia.
Kop, menjadi pahlawan dalam menyelamatkan gawang mereka. Ia melakukan beberapa penyelamatan krusial, seperti menepis tembakan keras Hokky Caraka pada menit ke-73 dan tendangan jarak jauh Rayhan Hannan pada menit ke-80 sehingga eksekusi akhir sering gagal.
Struick dan Jens kerap terisolasi atau terjebak dalam duel fisik dengan bek Laos. Misalnya, pada menit kelima, gol Jens dianulir karena offside, dan peluang berikutnya seperti sundulan Hokky Caraka pada menit ke-89 hanya berbuah tendangan gawang. Thim Xad julukan Laos berhasil mengintevensi Indonesia bergantung pada tembakan dari luar kotak penalti.
Dominasi permainan skuad Gardua Muda, belum berbuah manis. Pertandingan berakhir tanpa gol. Mengenai kegagalan timnya mencetak gol, Gerald mengakaui eksekusi akhir menjadi masalah. “Ini kurang bagus. Kami tidak melakukannya dengan bagus,” ucapnya kepada wartawan seusai laga.
Mentalitas Pemain
Kebuntuan yang dialami timnas U-23 bukan sekadar penyelesaian akhir di depan gawang lawan atau mencetak gol. Namun itu sangat berhubungan dengan mental para pemain di dalam lapangan. Misalnya Toni Firmansyah memiliki peluang emas di kotak penalti pada menit ke-24, tapi ditepis kiper. Berikutnya pada menit ke-34, kemelut di depan gawang Laos, gagal dimanfaatkan meski ada tembakan keras dari Toni.
Struick dan Raven memperoleh kesempatan serupa, tapi arah bola sering melenceng atau tepat ke kiper. “Kita bisa berbicara soal sentuhan akhir. Ini kurang bagus. Kami tidak melakukannya dengan bagus,” ujar Gerald kepada wartawan, seusai laga.
Rafael, yang biasa bermain dengan timnas senior, tampak frustrasi karena kurang dukungan dari gelandang. Arkhan Fikri, gelandang kreatif Garuda Muda gagal menyediakan assist berkualitas. Gerald, 61 tahun, mengakui soal mentalitas tim asuhannya itu.
Dominasi tanpa gol menimbulkan frustrasi, terlihat dari insiden adu mulut pemain seperti Kadek Arel dengan bek Laos pada menit 90+3. “Bukan hanya soal menyelesaikan peluang dan mencetak gol, tetapi hari ini kami tak siap mengalahkan tim ini. Ini harus datang dari diri sendiri,” ucap dia.
Suasana mental pemain bukan persoalan baru. Hal itu terjadi saat timnas U-23 melawan Vietnam di final Piala AFF U-23 2025, di Stadion Gelora Bung Karno, Selasa, 29 Juli lalu. Suasana adu mulut antar-pemain di dalam lapangan terbawa hingga ke sisi lapangan—saat pertandingan di masa injury time.
Indonesia dalam situasi tertinggal 0-1, usai dijebol Nguyen Cong Phuong pada menit ke-36, membuat suasana pertandingan memanas. Misalnya pelatih Vietnam, Kim Sang-sik diduga mengganggu Robi Darwis yang akan melakukan lemparan ke dalam.
Masalah Mental Harus Diselesaikan
Pengamat sepak bola, Mohamad Kusnaeni, bukan hanya menyoroti masalah kegagalan tim asuhan Gerald kesulitan mencetak gol, pertahanan belakang Laos yang solid. Namun dia melihat mental pemain menjadi satu persoalan lain yang harus diselesaikan oleh Gerald. Sebagai persiapan melawan Makau dan Korea Selatan di pertandingan kedua dan ketiga.
Dia berharap Gerald yang mempunyai waktu sekitar tiga hari, bisa mengobati masalah mental bertanding pemainnya. “Para pemain tidak boleh merasa down akibat hasil imbang ini,” kata Kusnaeni, saat dihubungi Tempo melalui aplikasi perpesanan pada Kamis, 4 September 2025.
Kesulitan lini depan Indonesia berasal dari kombinasi pertahanan solid Laos, finishing buruk, kurang kreativitas, dan faktor mental. Ini bukan isu baru, tapi semakin akut di bawah Gerald. Untuk lolos juara grup atau runner-up terbaik, tim perlu latihan akurasi tembakan, skema bola mati, dan kerja sama tim.
Sebaliknya, menurut Kusnaeni, Jens Raven dan kawan-kawan harus didorong untuk lebih percaya diri dan bermain lebih berani. Secara kualitas, materi pemain timnas U-23 cukup baik. “Peluang untuk lolos dari fase grup masih terbuka,” ucap dia. Jika tidak diatasi, target Piala Asia U-23 2026 bisa terancam.
Melawan Makau dan Korea Selatan menjadi penentu nasib Indonesia lolos ke babak 16 besar sekaligus meraih tiket ke Piala Asia U-23. Kualifikasi ini diikuti 44 negara, dibagi dalam 11 grup. Juara dari setiap grup langsung lolos ke-16 besar. Sedangkan hanya empat tim terbaik dari 11 runner-up yang akan lolos.
Tinggalkan Balasan